InfoMigas.id|Lhokseumawe– Ketersediaan gas sangat penting dalam menentukan produksitivitas industri pupuk, karena gas merupakan komponen utama dalam memproduksi Urea dan NPK.
Seiring bertambahnya pabrik dan kebutuhan pupuk, maka kebutuhan gas pun ikut naik. Akibatnya, sejumlah pabrik pupuk tidak memperoleh pasokan gas sesuai dengan kapasitas terpasang pabrik.

Salah satu pabrik yang kekurangan pasokan gas adalah PT. Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) di Aceh Utara, Aceh .
Pada 2024 ini, PT PIM membutuhkan gas sebesar 54 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD), namun realisasi pasokannya masih 46 MMSCFD. Artinya, terjadi kekurangan sebesar 8 MMSCFD .
Vice Presiden Tangung jawab sosial lingkungan & Humas PT.PIM, Saiful Rakjab, mengatakan, pasokan Gas utama PT PIM berasal dari Lapangan Blok A, yang dioperasikan oleh PT. Medco E&P Malaka.
” Namun pasokan gas belum dapat memenuhi kebutuhan karena ladang gas blok A tersebut hanya mampu memasok 60% persen dari kebutuhan pabrik PT. PIM 2,” kata Saiful melalui keterangan tertulis.
Untuk menutupi kebutuhan, Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan SKK Migas memberikan alokasi satu Kargo LNG yang berasal dari Kilang LNG Tangguh, Kalimatan Timur.
LNG dari Kilang Tangguh untuk menutupi kekurangan gas PT.PIM 2 tersebut dengan harga relaksasi kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) , yaitu sekitar $USA 6 per MMBTU.
Dengan adanya tambahan LNG itu, kebutuhan gas PT. PIM mencukupi untuk operasional satu dari dua Pabrik, yaitu PIM 2.
Baca juga:
https://infomigas.id/kebutuhan-gas-meningkat-3-pabrik-pupuk-kekurangan-pasokan/
Selain PT. PIM, dua pabrik pupuk lain juga mengalami kekurangan pasokan gas, yaitu PT Pupuk Sriwaja (Pusri) dan PT. Pupuk Kujang .
PT Pupuk Sriwijaya membutuhkan alokasi gas 186 MMSCFD namun realisasi pasokan baru 163 MMSCFD. Selanjutnya, PT Pupuk Kujang membutuhkan 101 MMSCFD, namun realisasi pasokannya masih 98 MMSCFD. [*]
Penulis : Nasier Husen