INFOMIGAS.ID | Lhokseumawe – Publik Indonesia tertarik mencari informasi tentang pesawat DHC-6 Twin Otter setelah terjadi kecelakaan di Bandara Panua Pohuwato, Gorontalo, pada minggu 20 oktober 2024 lalu.
Di Indonesia, pesawat ini sering dipakai sebagai armada di bandara bandara perintis, seperti di Indonesia bagian timur. Namun pesawat ini juga dipakai oleh perusahaan operator ladang minyak dan gas (migas), seperti PT. Pema Global Energi (PGE) di Aceh Utara.
Diperkirakan, PGE menggunakan pesawat DHC-6 Twin Otter sebagai sarana pendukung kegiatan eksploitasi dan eksplorasi serta untuk memobilisasi karyawan dari kantornya di Banda Aceh ke area blok migas Wilayah Kerja (WK) Blok B, Aceh Utara.

Diketahui, pesawat yang kerap berada di area blok migas milik PGE adalah DHC-6 Twin Otter Pegagus, dengan kode regestrasi PK-ICI. Saat ini, Pegasus berusia lebih dari empat tahun, dengan Kode Produksi atau Manufacturer Serial Number (MSN) 989. Pesawat ini memakai mesin turbin ganda, dengan kode 2x PWC. Jenis pesawat yang dapat mendarat atau lepas landas dengan jalur pendek, atau STOL (Short Takeoff and Landing) , bersayab tinggi dengan jumlah roda tetap sebanyak tiga buah.
Awalnya, DHC-6 Twin Other atau De Havilland Canada DHC-6 Twin Otter, dikembangkan dan diproduksi oleh De Havilland Canada, namun sekarang hak produksinya sudah dibeli oleh Viking Air, yang juga memproduksi pesawat ini hingga sekarang.
Harga baru DHC-6 Twin Otter bisa mencapai US$7.250.000, sementara p bekas bisa berharga antara US$1.500.000 hingga US$5.900.000.[*]
*mnh