InfoMigas.id | Siapa sangka, sebuah desa kecil yang tersembunyi di antara hamparan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Langkat. Sumatra Utara, menyimpan kisah besar dalam sejarah energi Indonesia. Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, dikenal sebagai lokasi ditemukannya sumur minyak bumi pertama di Nusantara.
Dari desa ini, langkah pertama industri perminyakan Indonesia dimulai. Tidak banyak yang tahu bahwa jauh sebelum tambang besar berdiri di Balikpapan, Cepu,Dumai dan Aceh, Telaga Tunggal I—nama sumur itu— menjadi saksi semburan minyak pertama dari perut bumi Indonesia, yaitu pada tanggal 15 Juni 1885.
Nyala Obor yang Mengubah Sejarah
Cerita ini bermula pada tahun 1883, ketika Aeilko Janszoon Zijlker, seorang ahli perkebunan tembakau asal Belanda yang bekerja untuk Deli Tobacco Maatschappij, sedang melakukan inspeksi di kawasan Telaga Tiga, Langkat. Saat hujan mengguyur tanpa henti, Zijlker berteduh di sebuah tempat.
Pembantunya kemudian menyalakan obor yang sebelumnya dicelup ke cairan hitam di sebuah genangan air. Nyala apinya menyala terang, berbeda dari biasanya. Keesokan harinya, Zijlker memeriksa kembali genangan tersebut dan mencurigai adanya kandungan minyak bumi.
Tertarik oleh potensi itu, ia segera menghubungi koleganya di Belanda untuk mencari pendanaan eksplorasi. Setelah mendapat restu konsesi dari Sultan Langkat, Sultan Musa pada 8 Agustus 1883, dimulailah babak baru eksplorasi minyak di bumi Nusantara.
Dari Gagal ke Berjaya: Lahirnya Telaga Tunggal I
Pengeboran pertama dilakukan di Telaga Tiga, namun hasilnya mengecewakan: hanya 200 liter minyak diperoleh dalam dua bulan. Tak menyerah, Zijlker mengalihkan pengeboran ke Desa Telaga Said, tepat di jantung konsesi yang diberikan Sultan Musa, yang membentang dari pesisir Sei Lepan hingga Bukit Tinggi, Pangkalan Brandan.
Di desa inilah titik balik sejarah itu terjadi. Pada kedalaman 22 meter, minyak mulai muncul. Dua hari kemudian, jumlahnya mencapai 1.710 liter. Ketika pengeboran mencapai kedalaman 31 meter, produksi melonjak hingga 86.402 liter. Dan pada 15 Juni 1885, semburan kuat minyak dan gas menyembur dari kedalaman 121 meter—penanda lahirnya Telaga Tunggal I, sumur minyak komersial pertama di Indonesia.
Mendahului Waktu, Melampaui Batas
Meski bukan orang pertama yang mengebor tanah Nusantara untuk mencari minyak—karena upaya serupa pernah dilakukan oleh Jan Reerink di Majalengka tahun 1871—Zijlker-lah yang pertama kali sukses secara teknis dan komersial.
Bahkan, pencapaian ini hanya berselang 26 tahun dari keberhasilan Edwin L. Drake menemukan sumur minyak pertama di dunia di Titusville, Pennsylvania, pada 1859. Sebuah pencapaian besar bagi tanah jajahan yang kala itu belum memiliki sarana eksplorasi yang memadai.
Akhir Kisah dan Warisan Energi
Sumur Telaga Tunggal I resmi berhenti beroperasi pada tahun 1934. Selama puluhan tahun, minyak dari perut bumi Langkat disedot habis oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), cikal bakal perusahaan minyak Belanda yang kemudian menjadi bagian dari raksasa migas Royal Dutch Shell.
Kini, Telaga Said mungkin tampak biasa—sebuah desa kecil yang tenang. Tapi di balik tanahnya, pernah tersembur semangat awal kemandirian energi Indonesia. Warisan itu masih hidup, tak hanya dalam buku sejarah, tapi juga dalam tekad bangsa yang terus mencari dan mengelola sumber daya energi untuk masa depan.[*]
*berbagai sumber