INFOMIGAS.ID | Lhokseumawe – Lapangan terbang di Nibong, kecamatan Nibong, kabupaten Aceh Utara, Aceh, Kembali menggeliat. Bandara yang berada di area blok migas Wilayah Kerja (WK) Blok B,kini bagaikan ‘terlahir kembali’.
Rerumputan disisi bandara yang dulu tumbuh liar, sudah dibersihkan sehingga terlihat rapi. Landasan pacu pun tampak rata oleh aspal lapisan baru.
Awalnya, landasan pacu dan hangar pesawat ini bangun oleh Mobil Oil Indonesia ( kelak berubah menjadi ExxonMobil). Kini, bandara dan fasilitas pendukungya telah menjadi milik PT. Pema Global Energi (PGE), sebuah badan usaha konsorsium PT. Pembangunan Aceh (PEMA) dengan PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENP). PEMA merupakan BUMD milik Pemerintah Aceh, sementara ENP adalah anak usaha Bakrie Group.

Bandara ini sempat ‘mati suri’ sejak ExxonMobil hengkang dari blok migas tersebut, bahkan selama PT. Pertamina Hulu Energi (PHE) menjadi operator WK Blok B.
Namun kondisi yang berbeda mulai terlihat dalam tahun ini, atau sekitar satu dekade lapangan migas diserahkan oleh PHE kepada PGE.
Kini, bandara itu ‘hidup lagi’. Deru pesawat mulai terdengar kembali. Sebuah pesawat bertulis ‘Pegasus’ pada badannya, kerap terlihat mendarat atau lepas landas di Bandara tersebut. Pada waktu lain, Pegasus ditemukan ‘beristirahat’ dalam hangar sebelum take off pada hari berikutnya.
Dalam aktifitasnya, Pegasus sering membawa penumpang berpakaian yang mirip dengan seragam pekerja PGE. Pada waktu lain , pengguna medsos menayangkan pesawat itu membawa tamu ‘kehormatan’ ke bandara tersebut.
Diperkirakan, keberadaan pesawat Pegasus jenis DHC-6 Twin Otter di bandara itu adalah untuk mendukung kegiatan eksploitasi dan eksplorasi migas di WK Blok B , yang dikelola oleh PT. Pema Global Energi.
Relation Manager PGE Bustami dan Humas PGE Bustami, belum menjawab tentang keperluan pesawat Pegasus DHC-6 Twin Otter yang kerap singgah di bandara tersebut [*]
*mnh