INFOMIGAS.ID | Saat ini, umat manusia bisa meminimalisir kecelakaan akibat kebocoran gas. Ini terjadi karena gas, termasuk elpiji, memiliki bau khas seperti bau kentut, belerang, atau telur busuk. Jika bau ini tercium oleh hidung manusia, langkah antisipatif bisa segera diambil sebelum terjadi bencana.
Padahal, secara alami, gas merupakan salah satu wujud dasar zat yang bersifat tidak berwarna dan tidak berbau. Sifat ini membuat gas sangat membahayakan jika terjadi kebocoran, karena sewaktu-waktu bisa meledak jika terkena percikan api.
Untungnya, situasi ini berubah berkat tangan dingin seorang ilmuwan asal Inggris bernama Pete Hansen. Pada 1970-an, Hansen menemukan cara agar gas alam memiliki bau menyengat yang khas. Inovasi ini menjadi tonggak penting dalam sistem keamanan gas modern yang masih digunakan hingga hari ini.
Penemuan Hansen tidak lepas dari kebijakan konversi energi yang dilakukan pemerintah Inggris kala itu. Sekitar 55 tahun lalu, Inggris menjalankan proyek besar untuk mengganti pasokan energi dari gas kota berbasis batubara ke gas alam sebagai bagian dari upaya mewujudkan energi bersih.
Namun, gas alam memiliki kelemahan besar—ia tidak berbau. Artinya, kebocoran gas bisa terjadi tanpa disadari manusia. Untuk mengatasi risiko itu, Hansen diminta bekerja sama oleh salah satu perusahaan gas alam dengan tugas penting: mencari zat kimia yang bisa memberikan bau pada gas.
“Saya harus mencari bau yang paling tidak enak yang dapat saya bayangkan,” kata Hansen, kepada BBC International, dikutip Senin (7/7/2025).
Bersama tim, Hansen meneliti sejumlah zat berbau menyengat yang memungkinkan digunakan dalam skala besar. Mereka berpacu dengan waktu, sebab distribusi gas dari kilang ke rumah-rumah harus segera dimulai. Tanpa penambahan bau, ribuan liter gas bisa bocor dan berpotensi menyebabkan ledakan kapan saja.
Mengutip Stroud Times, Hansen akhirnya menemukan senyawa kimia bernama ethyl mercaptan (CH3CH2SH). Senyawa inilah yang kemudian ditambahkan ke kilang minyak sebelum gas didistribusikan ke publik. Bau busuk dari ethyl mercaptan memungkinkan manusia mengenali kebocoran gas melalui bau yang sangat khas.
Penemuan ini terbukti menyelamatkan jutaan rumah tangga di Inggris dan akhirnya di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Gas elpiji yang kini banyak digunakan masyarakat Indonesia pun memanfaatkan senyawa ini untuk memberikan bau menyengat sebagai sistem peringatan dini.
Meski temuannya digunakan secara luas, Hansen tidak menjadi miliarder dari ciptaannya tersebut. Setelah perusahaan gas menerima sampel senyawa ciptaannya, mereka langsung meminta Hansen memproduksi dan mengirim 40.000 liter material itu dalam dua bulan.
“Perusahaan saya baru berdiri, [besaran] itu butuh setahun untuk saya produksi,” katanya.
Hansen bahkan sempat mencoba mengalihkan produksi “bau kentut” tersebut ke perusahaan milik temannya. Namun, upaya itu gagal karena perusahaan tersebut bangkrut sebelum menyelesaikan semua pesanan. Akhirnya, formula ciptaannya dijual ke perusahaan gas.
“Usia saya saat itu baru 30-an, saya tidak terlalu lihai berbisnis. Seharusnya saya punya sesuatu hitam di atas putih, tetapi saat itu semua cuma berdasarkan saling percaya. Saya diberikan selamat [kudos] karena berhasil menciptakan bau yang pas, itu saja saat itu sudah cukup buat saya,” ujar Hansen.[*]
*kbc
Catatan Redaksi:
Penemuan Pete Hansen adalah contoh bagaimana inovasi sederhana—meski kerap diabaikan—bisa memberikan dampak besar dalam kehidupan sehari-hari. Kini, bau gas yang menyengat bukan hanya gangguan bagi hidung, tapi peringatan penting yang bisa menyelamatkan nyawa.