InfoMigas.id, Jakarta – Wacana tentang Pertamax 92 akan gantikan Pertalite, banyak diberitakan. Perihal ini semakin menguat seiring langkah Pertamina yang akan membangun pabrik Bioetanol.
Melalui anak perusahaannya, Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), akan memperbanyak kilang guna memproduksi bahan bakar nabati dimaksud.
Pertamina NRE mengumumkan telah bermitra dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk membangun dan menyediakan bahan baku bioetanol, baru baru ini.
Bukan cuma satu, anak usaha Pertamina ini juga telah bekerja sama dengan holding Perkebunan Nusantara (PTPN III Persero). Kedua BUMN sedang menjajaki pembangunan pabrik etanol kedua di Jawa Timur.
Menurut CEO Pertamina NRE, John Anis, kolaborasi menjadi langkah strategis yang sangat penting dalam upaya mempercepat pengembangan bioetanol di Indonesia.
John menyebutkan bahwa kerja sama ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produksi bioetanol sebagai bahan bakar ramah lingkungan, tetapi juga sebagai bagian dari komitmen Pertamina dalam mendukung ketahanan energi nasional dan pengembangan energi terbarukan di masa depan.
“Kami optimis bahwa kolaborasi antara Pertamina NRE dan SGN serta Pemprov NTT akan menghasilkan dampak yang positif dalam percepatan transisi energi nasional,”
“Pertamina NRE selama ini berfokus di penyediaan energi baru dan terbarukan, salah satunya melalui bioetanol,” sebut John lewat keterangan resminya (6/9/2024).
Sementara itu, Pertamina NRE dan SGN telah sepakat untuk bekerja sama dalam pembangunan pabrik bioetanol di Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pabrik ini akan memanfaatkan molase, yaitu produk sampingan dari pengolahan tebu di pabrik gula Glenmore, sebagai bahan baku utama.
Bahan bakar bioethanol yang terbuat dari sorgum saat acara Pengisian Perdana Bioethanol Sorgum Pertamina & Toyota yang diselenggarakan di ICE BSD, Tangerang (24/7/2024). (Pertamina)
Pabrik tersebut dirancang untuk memiliki kapasitas produksi sebesar 30.000 kiloliter per tahun, yang setara dengan 100 kiloliter per hari (KLPD). Proyek ini disebut merupakan bagian dari strategi pengembangan bisnis bioetanol dalam jangka pendek. “Kami menyambut baik rencana kerja sama dari Pertamina NRE, hal ini sejalan dengan komitmen SGN untuk terus mendukung upaya pemerintah,” “Dalam mengembangkan produksi bioetanol sebagaimana tertuang dalam Perpres 40/2023,” tutur Mahmudi, Direktur Utama SGN.
Program ini diharapkan juga berkontribusi pada pengembangan daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta mendorong produktivitas di sektor pertanian. Sebagai tambahan, saat ini Pertamax Green 95, yang merupakan campuran bioetanol 5%, sudah tersedia di 75 SPBU di wilayah Jakarta dan Surabaya.
Penggunaan bioetanol 5% pada bensin, yang dikenal sebagai E5, secara bertahap direncanakan akan meningkat menjadi 10% pada tahun 2029. Adapun Pertamax Green 92 yang dikabarkan jadi calon pengganti Pertalite masih dalam proses kajian lebih lanjut.
Sesuai namanya, Pertamax Green 92 merupakan bensin campuran nabati yang punya RON (Research Octane Number) alias kadar oktan 92. Melalui campuran etanol, Pertamax Green diklaim dapat membantu mengurangi emisi kendaraan bermotor, dan mampu mencapai bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 31 persen pada 2050.
Kedua soal akselerasi, diklaim lebih baik Pertamax Green dibanding Pertalite. Lantaran punya oktan lebih tinggi, yakni RON 92 atau 95. Baca Juga: Penundaan Mendadak, Pembatasan BBM Subsidi Pakai QR Code Dibatalkan Ketiga, mesin diklaim lebih bersih pakai Pertamax Green. Sebab dianggap tidak banyak menyisakan carbon deposite. Seperti diketahui, teknologi mesin motor dan mobil makin mutakhir. Maka dibutuhkan angka oktan yang sesuai rasio kompresi. Artinya, BBM yang dipasarkan di Indonesia mestinya sudah sesuai standar emisi gas buang Euro 4. Yakni minimal RON 91.[*]
*otomotif net.com