INFOMIGAS.ID | Blok Ambalat atau East Ambalat adalah wilayah laut dengan luas sekitar 15.235 kilometer persegi. Letaknya di Laut Sulawesi, dekat perbatasan antara Kalimantan Timur, Indonesia, dan Negara Bagian Sabah, Malaysia. Secara geografis, kawasan ini berada di wilayah Nunukan, Kalimantan Utara bagian ujung utara.
Sengketa atas kepemilikan wilayah Ambalat antara Indonesia dengan Malaysia telah berlangsung sejak lama. Kedua negara tetangga ini memiliki alasan masing masing atas batas wilayah di blok migas yang disebut-sebut memiliki cadangan sumber daya cukup besar itu.
Malaysia mengklaim wilayah tersebut berdasarkan peta unilateralnya tahun 1979, yang memasukkan Blok Ambalat ke dalam zona ekonomi eksklusif Malaysia. Peta itu disebut menjadi landasan Negeri Jiran dalam mengajukan sengketa perbatasan ke pengadilan arbitrase internasional.

Sebaliknya, Indonesia menolak klaim itu karena mengacu pada prinsip hukum laut internasional dalam United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982. Atas dasar itu, Indonesia beranggapan peta 1979 milik Malaysia, gugur setelah dikeluarkannya peta United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) yang berlaku pada 1982.
Dalam UNCLOS, Indonesia disebutkan sebagai negara kepulauan (archipelagic state) memiliki hak untuk menarik garis pangkal dari pulau terluar dalam menentukan wilayah maritimnya. Pada sisi lain, Malaysia disebutkan sebagai negara coastal state atau negara pantai biasa yang dalam penentuan batas wilayahnya menggunakan garis pangkal lurus . Perbedaan prinsip inilah yang menjadi dasar konflik.
.
Potensi Migas
Berdasarkan dokumen Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2009,perusahan migas Italia, Eni SpA, berminat untuk berinvestasi pada pembangunan terminal gas dan minyak di Blok Ambalat.
Disebutkan, Eni akan mengelola Lapangan Aster yang berada di Blok Ambalat dan diprediksi produksi migasnya sekitar 30.000 hingga 40.000 barel per hari (bph). Potensi produksi itu dibuat usai adanya pengeboran lima sumur di wilayah tersebut.
Dalam rencana ini, Eni sudah sempat meminta dukungan dari Susilo Bambnag Yudoyono, presiden Indonesia ketika, untuk menggarap blok Andaman.
Tetapi, dalam rentang Waktu yang berbeda, yaitu sekitar tahun 2004, Malaysia juga memberikan hak pengelolaan Blok East Ambalat (blok Ambalat ) kepada perusahaan energi Shell Plc.
Masuknya Pertamina
Pemerintah Indonesia, pada 2016 akhirnya memberi izin kepada PT Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk mengeksplorasi Blok Ambalat (Blok East Ambalat).
Namun, PHE tidak kunjung dapat melakukan kegiatan eksplorasi akibat batas blok migas tersebut tumpang tindih dengan batas blok migas Shell Malaysia
Ketegangan Politis
Indonesia kerap memperketat pengamanan pasukan militer di Blok Ambalat, menyusul sering terjadinya pelanggaran wilayah yang dilakukan Malaysia.
Menyutip situs TNI, sepanjang 2006, Angkatan Laut Malaysia melanggar wilayah Indonesia sebanyak 33 kali. Lalu, pada awal 2007, Malaysia tercatat telah melanggar perbatasan Indonesia sebanyak 38 kali.

Pada 2009, Presiden SBY sempat bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Malaysia kala itu, Najib Razak. Kedua petinggi negera itu membahas langkah penyelesaian sengketa wilayah Blok Ambalat dan menekankan agar menghindari tindakan yang bersifat provokatif.
“Saudara sudah saya beritahu posisi dasar kita, yang tentunya kalau itu merupakan kedaulatan kita, menjadi kewajiban untuk kita pertahankan. Cuma cara yang kita pilih adalah perundingan dan negosiasi yang sedang berjalan. Saya juga berharap kepada juru runding kita, berikan dorongan agar sekali lagi proses perundingannya berlangsung lebih cepat dan lebih kondusif,” kata SBY, mengutip situs Kemensetneg.
Perundingan Prabowo
Terkini, Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto telah bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Anwar Ibrahim dan telah beberapa kali membahas tentang sengketa di Blok Ambalat. Kedua negara mengakui proses penyelesaian hukum atas wilayah Ambalat memerlukan waktu yang panjang, namun kedua kepala negara menyepakati akan bekerja sama mengeksplorasi blok migas tersebut.
Sambil menunggu penyelesaian final, kedua negara bersepakat untuk memulai kerja sama ekonomi melalui mekanisme joint development atau pengembangan bersama di wilayah perairan bersengketa tersebut.
Setelah pertemuan kedua kepala negara itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sempat memberi isyarat bahwa PT Pertamina (Persero) akan mengeksplorasi Blok East Ambalat, Kalimantan Utara secara bersama-sama dengan perusahaan BUMNnya Malaysia, Petroliam Nasional Berhad (Petronas). Namun, Bahlil juga memastikan langkah tersebut belum bersifat final dan masih dikaji oleh kedua negara.
Sementara itu, PHE menegaskan menanti kepastian eksplorasi lanjutan di Blok East Ambalat menyusul perundingan Indonesia dan Malaysia terkait dengan sengketa perbatasan di wilayah prospek Migas tersebut.
Direktur Perencanaan Strategis, Portofolio, dan Komersial PHE Edi Karyanto mengatakan perseroannya relatif siap untuk melanjutkan eksplorasi blok migas yang telah lama terhenti akibat isu perbatasan dengan Malaysia.[*]
*nh/tempo-bloombergtechnoz