INFOMIGAS.ID|Lhokseumawe — Pemerintah Aceh, pemerindah kabupaten kota dan stakeholder diharapkan untuk bersinergi guna mempersiapkan generasi muda Aceh agar memiliki kompetensi dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri migas.
Persiapan ini mencakup peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) lokal, pembangunan budaya kerja yang adaptif terhadap iklim industri, serta penguatan etos kerja profesional. Hal tersebut dikatakan oleh direktur akademi energi gas dan oil Akaogas, Ir. Muzakir Budiman, ST., MBA.
“ Jika pemerintah tidak aktif membantu anak muda Aceh untuk melatih ketrampilan di dunia migas, maka ke depan tidak ada anak Aceh yang mampu bekerja di Mubadala ataupun Perusahaan energi lain yang pengelola blok migas yang ada di Aceh,” kata Muzakkir dalam diskusi yang berlangung di ruag kuliah Akaogas, Senin, 14/7/2025 lalu.
Menurut Muzakkir, idealnya, pemerintah memanggil dan meminta agar perusahaan migas mentraining tenaga kerja disektor migas. ” Sekolahkan atau training mereka selama 6 bulan. Lalu kirim ke berbagai perusahaan energi selama satu tahun. Ini minimal” katanya.
“ Disini, pemerintah harus aktif untuk mendorong perusahaan migas yang saat ini beroperasi di Aceh untuk lebih pro aktif menyiapkan tenaga kerja yang terampilan. PT Pema Global Energy, PT Patra Arun Gas, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Medco E&P Malaka dan PT Pertamina Hulu Energi atau perusahaan lain, perlu didorong dan didukung untuk ikut bertanggung jawab,” kata Muzakkir dihadapan sejumlah peserta diskusi.
Selanjutnya, para peserta yang sudah dilatih selama enam bulan harus dikirim untuk bekerja di Perusahaan migas di luar negeri. “ Kirim mereka untuk bekerja ke Perusahaan migas yang ada di UEA, Amerika serikat atau negeri negeri produsen migas global,” imbuh Muzakkir.
Untuk membawa tenaga kerja ke luar negeri, pemerintah harus menjalin kemitraan dengan dengan penyedia tenaga kerja resmi yang ada di Indonesia. “ Pemerintah dapat bekerja sama dengan PJTKI untuk mencari lapangan kerja di luar negeri,” ungkap Muzakkir.
Menurut Muzakkir, pengalaman kerja di Perusahaan migas yang ada diluar negeri akan membentuk karakter dan etos kerja yang dibutuhkan dunia kerja sektor migas. “Tenaga kerja itu akan mampu bekerja jika sudah ditraining selama selama setahun. Mental, pola pikir dan etos kerja mereka akan terbentuk,” sebutnya.
Dalam diskusi ini, turut dihadiri wakil direktur Akaogas Sufriadi, Pembina Akaogas DR. Ibrahim Qomarius, Pemerhati Migas Aceh Tepriadi A. Majid, ketua forum Keuchik dan sejumlah jurnalis.[*]
*nasier husen