InfoMigas.id – Aceh Utara | Langit Dusun Sarah Raja, desa Lubuk Pusaka kecamatan Langkahan Aceh Utara, malam itu penuh warna oleh kembang api. Bunyi petasan ditengah kepulan asap putih diselingi dengan teriakan sejumlah pria. Malam itu, bertepatan dengan malam pergantian tahun.
Bukan, para pria itu bukan menyalakan kembang api sebagai rasa bahagia menyambut tahun baru, tetapi kembang api dinyalakan untuk menghalau kawanan satwa dilindungi, yaitu gajah Sumatra.
Sarah Raja merupakan Kawasan perdalaman kabupaten Aceh Utara bagian timur, berbatasan dengan kabupaten Aceh Timur. Salah sungai terbesar di Aceh, yaitu sungai Arakundo atau Krueng Nie melitasi Sarah Raja, dan sungai itu merupakan batas kedua kabupaten . Sementara dibagian selatan, berbatasan dengan kabupaten Bener Meriah.
Sarah Raja merupakan wilayah laluan (koridor) satwa gajah. Karena itulah, tim Unit Pengelola Lanskap Langkahan harus melakukan penggiringan gajah tanpa mengenal waktu, seperti tahun baru misalnya.
“Kawanan ini mulai memasuki perkebunan warga tanggal 22 Desember 2024 yang mengakibatkan rusaknya kebun warga seluas +/- 2 Ha,” bunyi keterangan Lembaga Pembelaan Lingkungan Hidup & HAM (LPLHa).
Direktur LPLHa, Nabhani Yusuf menyebutkan sebanyak lima gampong yang berada didakam koridor gajah, yaitu Gampong Lubok Pusaka (Kecamatan Langkahan), Cot Girek (Kecamatan Cot Girek), Alue Lhok, Peureupok, dan Blang Pante (Kecamatan Paya Bakong) .
“Kelima desa ini memiliki intensitas konflik manusia dan satwa liar yang tinggi, terutama interaksi negatif dengan kawanan gajah liar yang sering menyebabkan kerugian, baik bagi warga (kerusakan kebun) maupun satwa itu sendiri (kehilangan koridor)’ kata Nabhani dalam pertemuan dengan pemerintah Aceh Utara di Aula kantor bupati Aceh Utara,Jumat, ( 6 /12/2024 ).
Untuk mengurangi konflik ini, LPLHa membentuk UPG yang bertugas memantau pergerakan gajah liar dan menghalau kawanan gajah yang mendekati permukiman atau perkebunan warga. Sebelumnya anggota UPG telah dibekali pelatihan mitigasi konflik satwa liar oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Resort Aceh Utara dan dilengkapi dengan teknologi smart patrol.
Sepanjang tahun 2024, tim patroli telah melaksanakan 320 kali patroli rutin di lima gampong, dengan tindakan pengiringan sebanyak sembilan kali.
Untuk mengatai konflik manusia dengan gajah ini, Pertamina Hulu Energi (PHE NSO) yang merupakan bagian dari Pertamina Hulu Rokan Zona 1 bersama dengan pemerintah Kabupaten Aceh Utara bersinergi dalam program keanekaragaman hayati dan program pemberdayaan masyarakat (PPM) melalui peta jalan penyelesaian konflik gajah dengan manusia.
Program ini diluncurkan pada 19 Februari 2025 lalu.
Kerja sama ini melibatkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan Lembaga Pembelaan Lingkungan Hidup dan Hak Asasi Manusia (LPLHa).
Para stakeholder tersebut melakukan gotong royong dengan mengikutsertakan warga Desa Blang Pante untuk “berdamai” dengan satwa gajah.
Untuk mengatasi konfilik Gajah-Manusia secara berkelanjutan, PHE NSO, lewat program Unit Pengelola Gampong membentuk satu kelompok beranggota sebanyak 10 orang laki-laki dan akan dilatih oleh BKSDA Aceh untuk menghalau gajah dari kebun dengan cara-cara aman yang direkomendasikan, seperti dengan bunyi petasan dan membuat pagar tanaman yang tidak disukai gajah.
Pohon jeruk, dipercaya tidak disukai oleh satwa liar gajah sehingga berfungsi sebagai pagar pembatas antara koridor dengan kebun penduduk.
“Kami menanam pohon jeruk nipis sebagai penghalang. Tanamnya memanjang sehingga akan menjadi pagar pemisah antara koridor gajah dengan kebun warga,” kata Saifuddin, salah seorang pengurus LPL-Ha, beberapa Waktu yang lalu.
“Program ini Kerjasama dengan PHE NSO. Kegiatan ini didukung oleh PHE”, kata Saifuddin.
Manager Field PHE NSO Heri Prayogo mengungkapkan, program ini selaras dengan program Kehati (Keanekaragaman Hayati) Pertamina yaitu komitmen untuk berkontribusi kepada masyarakat yang masuk dalam program pilar lingkungan. “Kami berkomitmen untuk mendukung keberlangsungan keanekaragaman hayati di sekitar wilayah operasi,” kata Heri Prayogo dalam keterangan tertulis.
Seremoni peluncuran program ”Gotong Royong Desa Blang Pante” ini dihadiri sejumlah pihak, diantaranya Direktur Konservasi Spesies dan Genetik KLHK, Kepala BKSDA Aceh, dan Asisten I Pemda Aceh Utara . Semua pihak menyampaikan komitmen untuk menjaga bersama Gajah dan masyarakat.
“Terima kasih sudah mendengar keluh kesah kami dan memfasilitasi, mengumpulkan banyak pihak untuk mengatasi masalah ini. Semoga ‘Po Meurah’ (gajah) menjauh dari kebun, kita hidup berdampingan tanpa saling ganggu,” harap Kepala Desa Blang Pante, Marzuki.(*)
*Nasier Husen