INFOMIGAS.ID | Jakarta — Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Djoko Siswanto, bertemu dengan Direktur Jenderal Zarubezhneft Asia Limited, Alexander Mikhaylov, di Saint Petersburg, Rusia.
Pertemuan tersebut berlangsung di sela sela kunjungan presiden RI, Prabowo Subianto, Rusia pada 18–20 Juni 2025 lalu. Salah satu agenda utama dalam pertemuan itu adalah membahas kelanjutan proyek Blok Tuna yang berada di lepas pantai Natuna utara.
Proyek hulu gas tersebut dikerjakan oleh konsorsium antara Zarubezhneft melalui anak perusahaannya Zarubezhneft Asia Limited (ZAL), bersama dengan Premier Oil Tuna B.V., entitas dari Harbour Energy di Indonesia. Masing-masing perusahaan memegang hak partisipasi (participating interest/PI) sebesar 50 persen, dengan Premier Oil bertindak sebagai operator blok.
Kepala Divisi Prospektivitas Migas dan Manajemen Data Wilayah Kerja SKK Migas, Asnidar, menyebutkan bahwa pembahasan akan difokuskan pada kelanjutan proyek Blok Tuna, yang selama ini belum menunjukkan kemajuan signifikan. Blok gas yang berlokasi di dekat perbatasan dengan Vietnam itu telah mendapatkan persetujuan rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) sejak Desember 2022.
Tetapi, hingga kini, konsorsium Premier Oil dan Zarubezhneft Asia belum menandatangani keputusan investasi akhir (Final Investment Decision/FID) akibat sanksi internasional terhadap Zarubezhneft setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Sejak 2022, konsorsium harus mencari solusi untuk melanjutkan proyek, terutama Solusi pada pembiayaan akibat sanksi kepada Rusia. Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan adalah farm out atau penjualan hak partisipasi oleh salah satu mitra.
Asnidar mengatakan bahwa Zarubezhneft tetap berpeluang untuk terlibat dalam proyek Blok Tuna, walaupun sebelumnya sempat menyampaikan niat untuk hengkang.
“Jumat kemarin kami sudah dapat gambaran dari Harbour, most likely (kemungkinan besar) ZAL (Zarubezhneft Asia Limited masih tetap di (blok) Tuna,” ujar Asnidar yang dikutip Bloomberg Technoz.
Blok Tuna diperkirakan memiliki potensi sadangan gas sebesar 100 hingga 150 juta kaki kubik standar per hari (million standard cubic feet per day/MMSCFD). Total investasi untuk pengembangan hingga tahap operasional diperkirakan mencapai US$3,07 miliar atau sekitar Rp45,4 triliun. [*]
*Bloomberg Technoz / kbc