INFOMIGAS-Bogor | Hingga kini, Indonesia masih bergantung pada impor minyak guna memenuhi kebutuhan energi nasional. Ketergantungan energi ini menyebabkan Indnesia kehilangan devisa negara sampai ratusan triliun rupiah per tahun.
Plt Kepala Biro Perencanaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Haryanto, menyebutkan bahwa produksi minyak nasional pada 2024 hanya mencapai 212 juta barel per tahun, sementara angka impor minyak jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 313 juta barel per tahun.
“Impor minyak 313 juta, terdiri 112 juta barel minyak mentah, 201 juta barel dalam bentuk BBM,” kata Haryanto dalam acara Collaboration to Advance The ESDM Sector yang digelar Energy & Mining Editor Society (E2S) di Kinasih Resort, Caringin, Bogor, Sabtu (9/8/2025).
Haryanto juga menyebutkan bahwa total konsumsi minyak nasional mencapai 532 juta barel. Dari jumlah tersebut, sektor transportasi menjadi penyumbang konsumsi terbesar.
“Dari jumlah tersebut paling banyak untuk konsumsi sektor transportasi yakni 276,64 juta barel atau 52 persen,” paparnya.
Kemudian, konsumsi terbesar lain diserap oleh sektor industri dengan konsumsi sebesar 180,88 juta barel atau 34 persen. Sektor ketenagalistrikan menggunakan 42,56 juta barel (8 persen), dan sektor penerbangan 31,92 juta barel (6 persen).
Haryanto juga mengungkapkan dampak finansial dari ketergantungan pada impor minyak. “Devisa negara yang hilang karena impor minyak sebesar Rp 523 triliun,” terangnya.
Acara yang digelar E2S ini dihadiri oleh sejumlah pemangku kepentingan di sektor energi dan pertambangan. Diskusi difokuskan pada tantangan dan peluang dalam mewujudkan kemandirian energi nasional di tengah fluktuasi global dan tingginya kebutuhan dalam negeri.[*]
*rmol