InfoMigas.id – Jakarta | Raksasa migas asal negara Inggris, Shell Plc., dikabarkan sudah menggandeng Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (Kufpec) untuk melakukan joint study atau studi untk mengembangkan blok gas di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto, di Kompleks DPR RI, Selasa (11/11/2025).
“Dia sudah join sama Kufpec 50:50 dan sudah mengajukan proposal ke Ditjen Migas. Ada dua di offshore, tiga di onshore kalau enggak salah. Saya lupa namanya,” ujar Djoko.
Menurut Djoko, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini sedang mengevaluasi wilayah kerja (WK) migas yang diminati Shell untuk tahap eksplorasi.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman, juga membenarkan bahwa Shell baru memasuki tahap awal kerja sama, yaitu joint study. Pada tahap ini, katanya, semua pihak yang berminat masih diperbolehkan untuk ikut serta.
“Masih tahap awal, siapa pun boleh masuk. Tapi memang Shell menyatakan minat untuk lima wilayah kerja di Indonesia,” kata Laode.
Sebelumnya, SKK Migas menyebut pengumuman resmi mengenai WK migas yang diminati Shell akan dilakukan pada November 2025, setelah pertemuan lanjutan dengan perusahaan energi asal Inggris itu.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Heru Setyadi, mengatakan tim teknis Shell saat ini masih mengevaluasi sejumlah WK potensial di Indonesia. Namun, ia enggan menyebutkan blok mana saja yang sedang dipertimbangkan.
“Bulan November SKK Migas berencana melakukan engagement lanjutan dari pertemuan sebelumnya. Kami akan melakukan update setelah pertemuan November nanti terkait area yang diminati Shell,” kta Heru yang Bloomberg Technoz, Senin (13/10/2025).
Di sisi lain, Kufpec disebut bakal mendorong monetisasi awal cadangan minyak di Blok Natuna D-Alpha, sebelum mulai mengembangkan potensi gas di wilayah tersebut. Langkah ini dinilai strategis untuk menjaga arus kas konsorsium di tengah risiko tinggi pengembangan gas di blok tersebut.
“Itu skenario yang paling tepat saat ini — dikembangkan duluan minyaknya,” ujar sumber Bloomberg Technoz yang mengetahui proyek Natuna D-Alpha.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, Lapangan Natuna D-Alpha memiliki potensi gas hingga 222 triliun kaki kubik (TCF), dengan kandungan karbondioksida (CO₂) mencapai 71%, sehingga volume gas yang dapat dieksploitasi diperkirakan hanya sekitar 46 TCF.
Blok potensial yang diminati Shell tersebut juga disebut akan dimasukkan ke dalam putaran lelang wilayah kerja migas tahap kedua tahun ini.
Sebagai catatan, Shell sebelumnya sempat memiliki 35% hak partisipasi di Blok Masela, proyek gas alam cair (LNG) besar di Tanimbar, Maluku, bersama Inpex Corporation (Inpex). Namun, pada 2020, Shell resmi hengkang dari proyek senilai US$20 miliar itu setelah menjual sahamnya seharga US$2 miliar.
Langkah Shell menggandeng Kufpec kali ini menandai upaya perusahaan tersebut untuk kembali berinvestasi di sektor hulu migas Indonesia setelah lima tahun vakum dari proyek besar.[*]