INFOMIGAS.ID |Idi – Kabupaten Aceh Timur, provinsi Aceh, merupakan salah satu daerah yang memiliki sejarah panjang tentang keberadaan minyak bumi. Jejak migas di Aceh Timur sudah tercatat ketika jaman VOC.
Perusahaan energi , milik VOC, yaitu Holland Perlak Mij, NV. Petroleum Mij Zaid Perlak, mulai mengeksplorasi minyak bumi pada tahun 1900. Sumur pertamanya di Rantau Panjang, Landsehap (Kewedanan) Perlak, Aceh Timur. Aktivitas produksi dimulai pada bulan Agustus 1901.
Hasil eksploitasi dialirkan dengan pipa sepanjang 130 kilometer ke kilang minyak Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), yaitu anak perusahaan minyak Royal Dutch Shell di Pangkalan Brandan untuk disuling. Selajutnya dialirkan ke pelabuhan Pangkalan Susu untuk diekspor.
Produksi minyak di Rantau Panjang mencapai 240.250 liter dan pada tahun 1909 meningkat menjadi 68.807 liter.
Saat ini, Kabupaten Aceh Timur mencatatkan diri sebagai salah satu kawasan yang paling banyak memiliki sumur minyak rakyat, hingga masuk dalam empat provinsi yang memiliki sumur minyak rakyat paling banyak di Indonesia.
Berdasarkan data dari pemerintah Aceh Timur, terdapat 796 sumur minyak rakyat yang saat ini sedang berproduksi, namun Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) menyebutkan jumlah sumur minyak rakyat dikawasan ini sebanyak 873 sumur.
Sumur miyak tersebut tersebar dibeberpa lokasi, seperti di Ranto Peureulak, Desa Alur Canang (Birem Bayeun), dan Damar Siput (Rantau Selamat). Sebagian besar sumur minyak rakyat itu ( dulu disebut sebagai sumur minyak illegal), masih berproduksi hingga kini.

Pemerintah Aceh Timur, disebut sebut telah membentuk kelembagaan ekonomi rakyat, seperti koperasi dan BUMD, untuk mendukung pengelolaan minyak sesuai dengan permen ESDM nomor 14 tahun 2025.
Dalam catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ada sekitar 30.000 sumur minyak rakyat yang tersebar di empat provinsi Indonesia.
Juru Bicara Kementerian ESDM, Dwi Anggia, menyebutkan, puluhan ribu sumur tersebut tersebar di beberapa daerah penghasil migas utama, mulai dari Aceh, Sumatera Selatan, Jambi hingga Jawa Tengah.
“Kurang lebih 30 ribu ya, ada di Aceh, Sumatera Selatan, di Jambi, termasuk di Jawa, Jawa Tengah,” kata Dwi Anggia[*]
*nasier husen