INFOMIGAS.ID | Jakarta — Slovakia menghadapi ancaman harus membayar penalti senilai EUR16 miliar atau setara USD18 miliar (sekira Rp298,2 triliun) akibat keputusannya menghentikan kontrak jangka panjang impor gas dari Gazprom, perusahaan energi raksasa asal Rusia.
Keputusan ini sesuai dengan rencana besar Uni Eropa (UE) dalam kerangka penerapan kebijakan REPowerEU, yaitu mengakhiri ketergantungan kawasan tersebut terhadap bahan bakar fosil asal Rusia, paling lambat tahun pada 2028 nanti.
“Komisi Eropa tengah mempertimbangkan jalur hukum agar perusahaan-perusahaan Eropa dapat mengklaim force majeure, sehingga memungkinkan pengakhiran kontrak dengan Gazprom tanpa harus membayar penalti,” kata pejabat SPP, Perusahaan importir gas milik negera Slovakia.
Tetapi, Slovakia kini tengah bergulat dengan krisis energi dan ketergantungan tinggi terhadap gas Rusia, menghadapi risiko serius jika kontrak itu benar-benar dihentikan. Ketergantungan negara ini pada gas Rusia mencapai 85 persen dari kebutuan, sehingga saat ini tengah mencari sumber pasokan alternatif usai Ukraina menghentikan transit gas melalui wilayahnya.
Importir gas SPP diketahui masih memiliki kontrak pasokan dengan Gazprom hingga tahun 2034. Jika larangan UE terhadap kontrak gas baru mulai berlaku pada 2026 dan larangan kontrak jangka panjang berlaku hingga akhir 2027, Slovakia akan berada dalam posisi sangat sulit.
Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico, secara tegas menolak langkah tersebut dan menyebutnya sebagai kebijakan yang merusak diri sendiri. “Ini adalah tindakan bunuh diri ekonomi,” ujar Fico, mengkritik rencana Komisi Eropa yang kini tengah dalam proses legislasi bersama antara Parlemen Eropa dan Dewan Uni Eropa.
Bersama Hongaria, Austria, dan Italia, Slovakia menolak keras pengenaan sanksi atas sektor gas Rusia, yang saat ini masih membutuhkan persetujuan bulat dari seluruh anggota UE. Namun berbeda dengan kebijakan sanksi, rencana undang-undang baru ini hanya memerlukan dukungan dari 15 dari 27 negara anggota.
Slovakia sebelumnya telah memperingatkan bahwa penghapusan pasokan energi dari Rusia dapat berdampak buruk secara luas. “Langkah ini tidak hanya akan menaikkan harga energi di seluruh Eropa, tetapi juga merusak keamanan energi regional secara keseluruhan,” sebut pernyataan resmi dari pemerintah Bratislava yang dikutip oleh Reuters.
Saat ini, Slovakia menerima gas Rusia melalui jalur pipa TurkStream, menyusul pemutusan aliran transit gas oleh Ukraina pada Februari lalu. Negara ini juga terdampak oleh sabotase pipa Nord Stream pada 2022 serta sanksi terhadap Moskow akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Kini, nasib masa depan energi Slovakia berada di tangan proses legislasi Uni Eropa. Jika rencana Komisi Eropa disahkan, Slovakia harus memilih antara mengikuti aturan dan membayar penalti besar, atau tetap bergantung pada Rusia dan menghadapi tekanan politik dari Brussel.[*]
*Reuters.com