InfoMigas.id – Jakarta | Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memanggil sejumlah badan usaha (BU) hilir migas, termasuk operator SPBU swasta, guna menindaklanjuti isu kekosongan stok bensin RON 92 dan 95 di sejumlah SPBU non-Pertamina.
Pemanggilan ini dijadwalkan pada awal pekan depan dan akan melibatkan perusahaan seperti Shell, BP-AKR, dan Vivo. Selain itu, PT Pertamina (Persero) juga akan diminta hadir dalam pertemuan tersebut.
“Tadi selesai rapat, mungkin awal minggu depan kita panggil,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Laode Sulaeman usai rapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (3/9/2025).
Laode membantah terjadinya kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), khususnya untuk jenis bensin RON 92 dan 95. Ia menegaskan bahwa isu kekosongan terjadi karena belum adanya sinkronisasi yang tepat antar pelaku usaha.
“Enggak ada kelangkaan, enggak ada. Itu makanya diselesaikan dengan sinkronisasi. Jadi enggak ada kelangkaan,” kata Laode, kutip bloombergtechnoz.com.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjelaskan bahwa pertemuan tersebut akan difokuskan pada sinkronisasi impor BBM antara Pertamina dan badan usaha swasta.
“Sudah ada arahan kepada Dirjen Migas untuk segera dikumpulkan. Ini segera dirapatkan antara Pertamina dan badan usaha yang memerlukan impor,” ujar Yuliot.
Menurutnya, Kementerian ESDM telah menerima masukan dari BU hilir migas mengenai kebutuhan volume impor, yang akan disesuaikan dengan neraca komoditas nasional.
“Itu jangan sampai neraca komoditas yang sudah disepakati itu juga ada kelebihan,” tegasnya.
Tambahan Kuota Impor Sudah Diberikan
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga menegaskan bahwa stok BBM nasional masih mencukupi. Ia menyebut, pemerintah sudah memberikan tambahan kuota impor kepada badan usaha swasta sejak awal 2025.
“Untuk ketersediaan BBM nasional kita, untuk swasta kita memberikan kuota impor itu seperti 2024. Contoh 1 juta. Pada 2025 kita berikan tambah 10% jadi 1,1 juta, itu contoh,” ujar Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (1/9/2025).
Namun demikian, kata Bahlil, beberapa operator SPBU swasta kembali mengajukan permintaan tambahan kuota. Ia menyarankan agar perusahaan swasta dapat menjalin kerja sama B2B dengan Pertamina jika stok nasional masih tersedia.
“Kalau meminta tambah, saya katakan bahwa persediaan nasional kita masih ada. Jadi bisa dilakukan kolaborasi B2B dengan persediaan nasional,” pungkasnya.[*]