INFOMIGAS.ID |Jakarta — Industri pengencer bahan bakar minyak (BBM) dunia masih didominasi oleh perusahaan ritel utama yang terkenal karena jaringan mereka yang luas dan punya modal yang kuat. Perusahaan ritel tersebut adalah perusahaan-perusahaan energi raksasa dunia.
Berikut ini jumlah SPBU dan laba bersih dari raksasa penjual bahan bakar dunia dikutip dari Brand Valuer:
1.Shell.
Shell merupakan raksasa energi asal Inggris, memiliki sekitar 44.000 stasiun pengisian bahan umum (SPBU) di lebih dari 80 negara. Shell merupakan salah satu jaringan ritel bahan bakar terbesar di dunia.
Dengan jumlah jaringan terbanyak di dunia, Shell mampu meraih laba bersih sebesar US$ 16,5 miliar pada 2024.
2. Sinopec
Adalah perusahaan kakap minyak besar China. Memiliki dan mengelola lebih dari 30.971 SPBU, menjadikannya sebagai salah satu peritel bahan bakar terbesar di dunia. Fokus perusahaan mencakup perluasan layanan dan peningkatan kualitas bahan bakar.
Pada 2024, Sinopec mencatatkan laba bersih sebesar ¥50,3 miliar (sekitar $6,94 miliar), mengalami penurunan sekitar 16,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
3 Indian Oil Corporation Ltd. (IOCL)
Per Mei 2025, Indian Oil Corporation Ltd. (IOCL) memiliki jaringan lebih dari 37.500 stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) di seluruh India, menjadikannya perusahaan dengan jumlah SPBU terbanyak di negara tersebut
Pada tahun fiskal 2024-2025, Indian Oil Corporation Ltd. (IOCL) melaporkan laba bersih konsolidasi sebesar ₹13.507,84 crore (sekitar US$ 1,6 miliar mengalami penurunan sekitar 68% dibandingkan dengan laba bersih sebesar ₹41.729,69 crore pada tahun fiskal sebelumnya.
4. PetroChina
Per 30 Juni 2024, PetroChina mengoperasikan 22.842 SPBU di seluruh China. Dari jumlah tersebut, sekitar 20.608 SPBU dimiliki dan dioperasikan langsung oleh perusahaan, sementara sisanya dikelola melalui kemitraan atau waralabapasar otomotif yang terus berkembang.
Pada tahun 2024, PetroChina mencatatkan laba bersih sebesar ¥164,68 miliar (sekitar $22,7 miliar), meningkat 2% dibandingkan tahun sebelumnya. Pencapaian ini merupakan rekor laba tahunan tertinggi dalam sejarah perusahaan.
5.BP (British Petroleum)
BP mengoperasikan sekitar 21.200 stasiun di berbagai benua. Merek ini dikenal atas fokusnya pada efisiensi energi dan inisiatif keberlanjutan. Pada 2024, BP mencatat laba bersih sebear
Pada 2024, BP mencatatkan laba bersih sebesar $381 juta, anjlok 97% dibandingkan 2023 mencapai $15,2 miliar.
Penurunan laba ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk margin penyulingan yang lebih rendah, penurunan harga realisasi minyak dan gas, serta hasil perdagangan gas dan minyak yang lebih lemah.
6. ExxonMobil
Beroperasi di bawah merek Exxon, Mobil, dan Esso, ExxonMobil mengelola sekitar 21.000 stasiun di seluruh dunia. Perusahaan ini menekankan pada kemajuan teknologi dan penawaran bahan bakar premium.
Per April 2025, terdapat 11.577 SPBU ExxonMobil di Amerika Serikat.
Pada tahun 2024, ExxonMobil mencatatkan laba bersih sebesar $33,7 miliar, Angka ini mengalami penurunan sekitar 6,5% dibandingkan dengan laba bersih tahun 2023 yang sebesar $36,0 miliar.
7. Chevron
Chevron beroperasi di bawah merek Chevron dan Caltex, terutama di Amerika Utara dan kawasan Asia-Pasifik. Perusahaan ini dikenal dengan bahan bakar dan pelumas berkualitas tinggi.
Per 2024, Chevron mengoperasikan jaringan stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) yang luas di seluruh dunia, dengan total sekitar 19.550 SPBU di 84 negara
Pada 2024, Chevron Corporation mencatatkan laba bersih sebesar $17,66 miliar, mengalami penurunan sekitar 17% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai $21,37 miliar.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh harga minyak mentah yang lebih rendah dan margin penyulingan yang menyempit.
Lalu, bagaimana dengan Pertamina?
Hingga akhir 2024, Pertamina mengoperasikan sekitar 7.868Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di seluruh Indonesia. Jumlah ini setara dengan 96% pangsa pasar nasional.
Pada 2023, PT Pertamina (Persero) mencatatkan laba bersih sebesar USD 4,44 miliar atau sekitar Rp 72 triliun, tulis CNN Indonesia.[*]